Jakarta – Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini, Jumat (10/10/2025).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup melemah tipis 0,03% ke posisi Rp16.545 per dolar AS.
Sejak awal perdagangan, rupiah sempat terkoreksi di level Rp16.560 per dolar AS atau turun sekitar 0,12%, sebelum akhirnya memangkas pelemahan di sesi penutupan. Secara keseluruhan, kinerja rupiah sepanjang pekan kedua Oktober mencatat depresiasi sebesar 0,09%.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB terpantau bergerak melemah 0,20% ke level 99,336. Meski demikian, posisi dolar masih relatif kuat setelah mencatat penguatan signifikan pada perdagangan Kamis (9/10), ketika DXY naik 0,63% ke level 99,538.
Penguatan dolar AS tersebut dipicu oleh pernyataan sejumlah pejabat The Federal Reserve (The Fed) yang menegaskan sikap hati-hati dalam kebijakan moneter. Salah satu Gubernur The Fed, Michael Barr, menyebut bahwa bank sentral AS masih perlu berhati-hati dalam memangkas suku bunga karena tekanan inflasi berpotensi bertahan lebih lama dari perkiraan, terutama akibat kebijakan tarif impor yang bisa mendorong kenaikan harga barang.
Komentar bernada hawkish tersebut memicu kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS, sekaligus meningkatkan permintaan terhadap dolar. Kondisi ini menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Dengan sentimen eksternal yang masih belum stabil, tekanan terhadap rupiah diperkirakan akan berlanjut dalam jangka pendek. Pelaku pasar kini menanti perkembangan kebijakan moneter AS serta indikator ekonomi global untuk melihat arah pergerakan nilai tukar berikutnya.
Penulis : IB