KERINCI, INTAINEWS.ID – Suasana gelap menyelimuti rumah sederhana milik Khutmah, warga Desa Bunga Tanjung, Kabupaten Kerinci. Sudah lebih dari satu minggu rumah ibu paruh baya itu tak lagi dialiri listrik setelah ampernya dicabut oleh petugas pada Senin (30/9/2025).
Khutmah, yang sehari-hari bekerja keras sebagai tulang punggung keluarga, hanya bisa pasrah. Keterbatasan ekonomi membuatnya menunggak pembayaran listrik selama dua bulan. Kini, satu-satunya cahaya yang menerangi malam di rumahnya hanyalah sebatang lilin kecil.
“Bukan karena ibu saya tidak mau bayar, tapi karena memang belum ada uang. Begitu pulang kerja, petugas sudah datang dan langsung cabut amper tanpa pemberitahuan sebelumnya,” tutur anak Khutmah dengan nada sedih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kisah pilu ini bukan sekadar tentang gelapnya rumah seorang warga miskin, tetapi juga tentang gelapnya perhatian dari pemerintah desa terhadap warganya sendiri. Di tengah berbagai program pembangunan yang digembar-gemborkan, masih ada warga yang harus hidup dalam kegelapan—secara harfiah dan makna.
“Seharusnya pihak desa peka terhadap kondisi masyarakat kecil. Kalau pun ada tunggakan, bisa dilakukan mediasi atau bantuan sementara, bukan malah membiarkan warganya hidup tanpa listrik,” ucap salah satu warga sekitar.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa pembangunan sejati bukan hanya soal jalan yang diaspal atau balai desa yang megah, tetapi juga memastikan setiap rumah warga tetap memiliki cahaya dan kehidupan yang layak.
Masyarakat berharap pihak berwenang segera turun tangan, baik dari PLN maupun pemerintah desa, untuk meninjau kembali tindakan pencabutan listrik terhadap keluarga Khutmah.
“Kami minta agar ada kebijakan yang lebih manusiawi. Jangan semena-mena terhadap warga kecil,” tegas anak Khutmah menutup percakapan.
Penulis : Elda Febriani









