Harga Sebuah Nyawa: Refleksi Atas Maraknya Kasus Pembunuhan di Akhir Zaman

Minggu, 29 Desember 2024 - 18:33

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Ahmad Maulana Al Ghifari Nasir*

 

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa terlepas dari orang lain. Setiap aktivitas manusia tentu saja berhubungan dengan orang lain, baik itu interaksi baik maupun buruk. Seringkali, manusia dalam memenuhi kebutuhannya bersinggungan dengan orang lain melalui interaksi yang salah, seperti pembunuhan, kekejaman, kriminalitas, dan lain sebagainya. Pembunuhan sering kali terjadi untuk memenuhi kebutuhan, melampiaskan perasaan, emosi, hingga status sosial. Manusia yang dianugerahi akal dan moral seketika bisa menjadi mutan yang menghabisi sesamanya, hanya karena sesuatu yang bersifat sementara. Ini adalah indikasi bahwa semesta semakin menua dan tanda-tanda akhir zaman mulai terlihat.

Seperti dalam hadits:
Abu Musa berkata, “Maukah kalian aku ceritakan suatu hadits yang telah diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kami?” Kami menjawab, “Ya, semoga Allah merahmati Anda.” Dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menceritakan kepada kami, “Menjelang datangnya hari kiamat, akan terjadi banyak sekali Al Haraj.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Apa itu Al Haraj?” Beliau menjawab, “(Yaitu) kidusan dan pembunuhan.” Mereka bertanya, “Apakah lebih banyak dari yang kami lakukan?” Beliau bersabda, “Pembunuhan yang dimaksud bukan seperti yang kalian lakukan, yaitu (memerangi) orang-orang kafir. Tetapi (pembunuhan sesama Muslim) yang dilakukan oleh sebagian kalian terhadap sebagian yang polos, hingga ada seseorang yang membunuh tetangganya, saudaranya, pamannya, dan anak pamannya.” Para sahabat berkata, “Subhanallah, bagaimana pendapatmu tentang orang-orang seperti itu dan yang berakal?” Beliau menjawab, “Sebenarnya, orang-orang yang berakal pada masa itu telah banyak yang meninggal, lalu digantikan dengan orang yang tidak memiliki kemampuan apa-apa dari manusia, kelompok yang banyak mengira mereka mempunyai dasar yang kuat, padahal mereka tidak mempunyai pegangan apa-apa…” (HR Ahmad 409)

Yang lebih tragis lagi, bukan hanya pembunuhan terhadap individu, tetapi sudah terjadi pembunuhan komunal atau genosida. Manusia, yang seperti semut, dihukum dan dibunuh tanpa rasa bersalah. Genosida terjadi dan dilakukan tanpa belas kasihan, serta melupakan hakikat manusia sebagai makhluk yang berakal.

Kesimpulan

Banyak fenomena yang terjadi mengindikasikan bahwa tidak hanya nyawa orang lain yang dihabisi, tetapi bahkan nyawa sendiri tak terpedulikan. Banyak kasus bunuh diri yang diberitakan, di mana orang mengakhiri hidup mereka akibat berpikir dangkal tanpa analisis yang tepat. Bunuh diri kini marak terjadi, baik di kalangan generasi muda maupun tua, bahkan mereka yang masih dalam proses pembelajaran. Alasan bunuh diri sering kali terkait dengan masalah asmara, materi, jabatan, dan lain-lain, meskipun telah ada sosialisasi preventif dari berbagai pihak.

Fenomena-fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar bagi kita: seberapa penting sebuah nyawa manusia? Kasus-kasus yang terjadi menunjukkan bahwa tidak hanya nyawa orang lain yang terabaikan, tetapi nyawa diri sendiri pun sering dianggap tak berharga. Nyawa manusia sejatinya adalah sesuatu yang perlu dijaga, dirawat, dan dilindungi. Syariat Islam bertujuan untuk melindungi nyawa (hifz an nafs).

*Penulis merupakan mahasiswa ilmu Alqur’an dan tafsir Universitas Islam Negeri Sjech Djamil Djambek Bukittinggi.

 

Editor : Wawan S

Follow WhatsApp Channel intainews.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Mahasiswa KKN ITERA Gelar Pelatihan Pembuatan Kompos Anaerob di Desa Margasari
Peluang Emas! Honorer Gagal CPNS Bisa Jadi PPPK Paruh Waktu Lewat KepmenPANRB nomor 16
Menag Nasaruddin Umar: Edukasi Masyarakat, Turunkan Angka Perceraian
Wacana Libur Sekolah Selama Ramadan, Mendikdasmen: Ada Tiga Opsi, Belum Keputusan Final
Kondom Jadi Peminat di Pergantian Tahun: Yang Belum Menikah, Pasti Paham!
Etika Komunikasi Islam terhadap Ucapan Kontroversial: Studi Kasus Pernyataan Gus Miftah tentang ‘Goblok’
Jihad dalam Lensa Digital: Menyikapi Pemahaman Generasi Z Muslim
Seleksi PPPK Dihapus Mulai 2025, Tes PPG Jadi Syarat Utama untuk Guru

Berita Terkait

Kamis, 16 Januari 2025 - 08:10

Peluang Emas! Honorer Gagal CPNS Bisa Jadi PPPK Paruh Waktu Lewat KepmenPANRB nomor 16

Rabu, 15 Januari 2025 - 07:58

Menag Nasaruddin Umar: Edukasi Masyarakat, Turunkan Angka Perceraian

Selasa, 14 Januari 2025 - 15:36

Wacana Libur Sekolah Selama Ramadan, Mendikdasmen: Ada Tiga Opsi, Belum Keputusan Final

Selasa, 31 Desember 2024 - 08:51

Kondom Jadi Peminat di Pergantian Tahun: Yang Belum Menikah, Pasti Paham!

Senin, 30 Desember 2024 - 00:05

Etika Komunikasi Islam terhadap Ucapan Kontroversial: Studi Kasus Pernyataan Gus Miftah tentang ‘Goblok’

Berita Terbaru