INTAINEWS.ID | Ketika masa pemilihan tiba, wajah-wajah pemimpin baru bermunculan dengan janji-janji perubahan yang memukau.
Mereka tampil seakan-akan menjadi solusi bagi segala masalah yang dihadapi rakyat. Namun, tidak jarang, setelah terpilih, pemimpin-pemimpin ini menghilang dari pandangan, melupakan janji dan rakyat yang telah mempercayakan suara mereka.
Fenomena ini sering kali memicu kekecewaan yang dalam, mengakibatkan rasa apatis terhadap politik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mengapa pemimpin bisa melupakan rakyat yang telah memilihnya? Salah satu alasan utama adalah karena politik sering kali menjadi alat untuk mencapai kekuasaan, bukan untuk melayani.
Banyak politisi melihat jabatan sebagai puncak pencapaian pribadi, bukan sebagai tanggung jawab untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
Begitu terpilih, mereka lebih fokus pada menjaga posisi dan memperkuat jaringan kekuasaan daripada memenuhi janji yang mereka lontarkan saat kampanye.
Selain itu, banyak pemimpin yang kurang terhubung dengan akar rumput. Mereka yang datang dari lingkaran elite sering kali kesulitan memahami realitas yang dihadapi rakyat biasa.
Kehidupan masyarakat sehari-hari, dengan segala kesulitannya, tidak menjadi prioritas utama dalam agenda mereka. Akibatnya, kebijakan yang mereka buat cenderung tidak menyentuh langsung kebutuhan dasar rakyat, dan lebih memprioritaskan proyek-proyek besar yang terlihat menarik di atas kertas, tetapi minim dampak nyata bagi masyarakat.
Namun, tanggung jawab tidak sepenuhnya ada pada pemimpin. Rakyat juga memegang peran penting dalam memilih pemimpin yang benar-benar peduli.
Sering kali, pemilih terjebak dalam pesona janji manis tanpa mengevaluasi rekam jejak dan komitmen nyata dari calon pemimpin.
Kita harus lebih kritis dalam memilih, memperhatikan integritas, rekam jejak, dan komitmen jangka panjang seorang calon. Pemimpin yang tulus akan terus hadir di tengah rakyat, bahkan setelah masa kampanye berakhir.
Dengan kesadaran ini, masyarakat perlu bersatu untuk memastikan bahwa pemimpin yang dipilih benar-benar memiliki niat untuk melayani, bukan sekadar mengejar kekuasaan.
Ketika rakyat lebih cerdas dalam memilih, maka politik yang melupakan rakyat akan menjadi masa lalu. Hanya dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa demokrasi benar-benar bekerja untuk kebaikan bersama, bukan untuk segelintir orang di puncak kekuasaan.
Penulis : Ismanto Buhang