PASAMAN BARAT, INTAINEWS.ID- Sekretaris Dewan (Non Anggota) DPRD Pasaman Barat, Drs. Joni Hendri, M.Si, menyoroti tingginya angka pengangguran dan kemiskinan di Pasaman Barat (Pasbar).
Hal itu Ia sampaikan saat membacakan laporan Panitia Khusus (Pansus) DPRD Pasaman Barat, tentang pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2025-2045, pada rapat paripurna DPRD yang digelar, Jumat (2/8/2024).
Dalam pidatonya Joni Hendri mengatakan, hal pertama yang masih memerlukan intervensi dari seluruh OPD Pemkab Pasaman Barat diantaranya, masih tinggi nya angka stunting dalam setiap angka kelahiran anak di Pasaman Barat, disusul intervensi pembangunan pada kawasan daerah tertinggal yang menjadi daerah kantong kemiskinan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Berdasarkan data BPS Tahun 2023 Angka kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat masih tinggi sebesar 6.92 persen dan berada pada posisi keempat tertinggi dari 19 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat,” urai Joni Hendri.
Intervensi pada sektor tersebut diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi baru dalam pemerataan penghasilan masyarakat yang tinggal di daerah terisolir.
Hal ketiga yang menjadi sorotan Pansus DPRD Pasaman Barat adalah, masih tinggi nya angka tingkat pengangguran terbuka di Pasaman Barat.
Berdasarkan data tahun 2023, tingkat pengangguran terbuka di Pasaman Barat sebesar 6.01persen, yang mana angka tersebut berada di atas rata-rata angka pengangguran Provinsi Sumatera Barat yakni 5,94 persen dan Nasional sebesar 5,32 persen.
Berdasarkan data RPJPD Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2025-2045 terdapat beberapa sektor yang mengalami peningkatan drastis terutama sektor perkebunan.
Hasil perkebunan kelapa sawit tercatat naik dari 57.484 ( Lima Puluh Tujuh Ribu Empat Ratus Delapan Puluh Empat) Ton tahun 2005, menjadi 2.036.507 (Dua Juta Tiga Puluh Enam Ribu Lima Ratus Tujuh) Ton tahun 2025.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan sektor tanaman pangan dan holtikultura yang tumbuh lamban dan bahkan relatif menurun setiap tahun-nya.
Rendahnya produktivitas komoditas unggulan daerah yang disebabkan oleh tingginya alih fungsi lahan, mengakibatkan produksi tanaman pangan di Kabupaten Pasaman Barat juga menjadi rendah.
“Diharapkan permasalahan ini menjadi perhatian serius bagi kita bersama dalam memenuhi kebutuhan pangan lokal dan asupan gizi yang berkualitas bagi keluarga kita,” kata Hendri.***